Kamis, 19 Februari 2015


Pilihan busi untuk mesin mobil atau motor kini sangat banyak khususnya untuk performance plug (busi kualitas premium). Namun banyaknya pilihan tersebut membuat kita semakin sulit memilih. Lebih parahnya lagi, pihak toko sering kali menawarkan busi-busi premium tersebut dengan iming-iming performa lebih oke, irit bahan bakar dan sebagainya.
Busi mahal tidak menjadi jaminan seratus persen cocok dengan mesin mobil atau motor kita.


Setiap mesin memiliki toleransi tertentu untuk spesifikasi busi yang digunakan.
Hal utama yang menjadi patokan umum adalah:
1. Heat Range:
Nilai angka ‘Heat Range’ dari suatu busi mewakili seberapa panas busi tersebut ketika sedang beroperasi dalam keadaan normal. Jika angka heat range tersebut cocok dengan karakter mesin tersebut, maka busi akan bekerja optimal. Jika busi terlalu panas, maka akan menimbulkan detonasi pada mesin (ngelitik) yang bisa merusak mesin itu sendiri. Sebaliknya, jika busi terlalu dingin, maka akan banyak penimbunan deposit pada ruang bakar akibat terjadinya gagal pengapian (misfire).
2. Ukuran Busi:
Busi yang ditemukan pada umumnya ada yang berdiameter kecil dan besar. Untuk hal ini jelas tidak boleh salah beli, pastikan sesuai dengan spesifikasi mesin tersebut.
3. Ukuran Gap:
Gap adalah jarak antara elektroda busi dengan ground. Pada umumnya ukuran gap adalah sekitar 0.8mm – 1.2mm. Untuk ukuran gap tersebut perlu melihat anjuran pada buku manual mobil atau motor tersebut. Beberapa model busi premium tidak bisa dirubah ukuran gap-nya karena desain busi itu sendiri tidak memungkinkan dilakukan perubahan gap.
4. Resistansi Busi:
Periksa jenis busi yang dianjurkan pabrik mobil atau motor tersebut, perhatikan apakah busi tersebut menggunakan Suppression Resistor di dalamnya.
Biasanya jika ada huruf R pada kode busi, itu menunjukkan busi tersebut menggunakan Suppression Resistor, contoh: NGK BKR6E-11 . Namun tidak selalu demikian, contoh: DENSO IK20 (tidak ada kode R, tapi menggunakan suppression resistor)
Suppression Resistor pada busi digunakan untuk meredam emisi akibat percikan api pada saat proses ignition terjadi. Emisi tersebut menyebabkan gangguan pada sistem kelistrikan dan sensor mesin. Pada umumnya mobil yang bermesin injeksi menggunakan busi dengan Suppression Resistor, namun tidak selalu demikian.
Semakin besar nilai Suppression Resistor berarti semakin besar hilangnya daya listrik yang dikirim ignition coil untuk membuat percik api pada busi. Akibatnya semakin besar nilai Suppression Resistor tersebut akan memperkecil percik api, kecuali jika kabel busi diganti dengan yang beresistansi kecil dan berdiameter besar.

Baiklah, saya coba share hasil pengujian nilai resistansi 15 model busi dari berbagai merek yang banyak ditemukan di toko-toko asesoris & spareparts.
Untuk pengujian, saya menggunakan Digital Ohm Meter, dilakukan pada suhu ruang 26ºC, pukul 01.10wib .

Berikut hasil komparasi Nilai Resistansi Busi


Dari hasil komparasi di atas, terlihat bahwa pada umumnya nilai Resistansi busi dengan Suppression Resistor adalah berkisar antara 4-5k ohm.
Pada busi yang di uji, ada busi yang memiliki ground lebih dari satu.
Pada kenyataannya, pada saat terjadi loncatan listrik, hanya ada satu loncatan api saja terjadi pada salah satu ground tersebut. Namun manfaatnya adalah erosi komponen tidak akan secepat busi biasa, dan kemungkinan terjadinya misfire bisa ditekan semaksimal mungkin oleh ground yang lebih dari satu tersebut.

Demikian sharing iseng saya, semoga bisa bermanfaat dikala data di atas di butuhkan suatu waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar